Who thicks them to the thorns?

peet-the-forest-detective-hadir-di-miao-mi-mulai-16-september-vjO

Sumber gambar: https://www.google.co.id/amp/s/lifestyle.sindonews.com/newsread/1138598/158/peet-the-forest-detective-hadir-di-miao-mi-mulai-16-september-1473628590

Judul di atas saya ambil dari serial anak Peet the detective. Film serial anak ini menurut saya sangat istimewa. Mungkin memang bukan yang pertama, tapi karena saya baru mengikuti model semacam ini. Maka saya memandangnya istimewa.

Materinya pun bukan hal baru, yaitu tentang binatang. Lalu dimana istimewanya? Cara menyampaikan, itulah istimewanya.

Detektif Peet adalah tokoh utama, imajiner. Dia adalah anjing animasi. Namanya juga detektif maka tugasnya memecahkan teka-teki atau misteri. Dia memiliki dua teman yang juga animasi. Mereka bernama Baba dan Molly. Baba dan Molly adalah anak buah sang detektif.

Misteri atau teka-teki yang menjadi kasus sang detektif bisa di mana saja, yang penting terkait dengan binatang. Sesuai judulnya, kasus terbanyak terjadi di hutan. Kadang ada kasus di Halaman depan rumah, terkadang di pinggir jalan. Bahkan pernah juga di gurun pasir.

Keunikan terletak di Cara menyampaikan cerita. Peet, Baba dan Molly adalah tokoh animasi. Tetapi kasus binatang yang disajikan adalah gambar nyata. Berarti produsen film ini memiliki koleksi dokumenter terkait binatang.

Memadukan antara tokoh animasi dan dunia nyata sudah sering dilakukan oleh produsen film dunia Walt Disney, dll. Tapi seringkali dunia nyatanya adalah manusia. Di mana manusianya menjadi sahabat si tokoh animasi. Sebutlah film Garfield, Casper, Space Jam – film legendaris melibatkan tokoh NBA Michael Jordan, dll.

Kembali ke Peet – the forest detective. Film ini tidak melibatkan tokoh manusia dalam ceritanya. Peet, Molly dan Babalah yang berperilaku seperti manusia. Sedangkan gambar riil nya adalah para binatang yang justru jadi obyek tokoh imajiner tersebut.

Kasus-kasus unik yang disajikan di film ini. Sehingga saya pun banyak mendapat pengetahuan baru tentang binatang. Dan tentunya tidak jarang yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Penyampaian cerita (baca: ilmu pengetahuan) dengan gaya sudut pandangan detective membuat cerita menarik. Pengetahuan disampaikan melalui pertanyaan. Memunculkan curiousitas, sehingga mengurangi kebosanan. Saya membayangkan cerita-cerita kecil itu jika disajikan dengan cara bertutur biasa, tidak akan menarik.Tapi karena diawal dengan pertanyaan yang menggelitik, akhirnya penonton penasaran.

Judul tulisan yang saya gunakan di atas adalah salah satu judul serial itu. Di hutan ada binatang yang setelah menangkap mangsanya tidak langsung memakannya. Ada ritual unik yang dilakukannya terhadap mangsanya. Ritual unik inilah yang dijadikan judul.’Who thicks them on the thorns?’ “Siapa yang menancapkan mereka di duri?”

Detektif Peet dan anak buahnya benar-benar dibuat sibuk dan penasaran tentang siapa pelakunya.
Berkali-kali detektif Peet ke lokasi dan mendapati tersangka. Namun ternyata sangkaan mereka salah, karena si tersangka tidak juga memangsa makanan-makanan yang tertancap pada duri. Hal itu terjadi karena rupanya bukan memenuhi kebutuhan makan saja yang menjadi tujuan pemangsa. Sehingga sang detektif terkecoh.

Si tersangka yang tidak lain adalah burung kemudian dicoret dari daftar tersangka. Dengan kesabaran dan sampai tertidur akhirnya ada keributan di lokasi. Burung tersangka yang sudah di coret kembali ke lokasi. Tapi kali ini dia tidak sendiri. Ada burung betina yang menghampiri.

Dengan nada menantang si tersangka berkata pada Baba dan Molly. “Apa masalahnya kalau aku menancapkan makananku? Ini hasil tangkapan sendiri. Kalian terganggu? Hah?”

Rupanya pelakunya memang si tersangka awal. Lalu kenapa ketika dia ke lokasi tidak langsung memakannya? Apakah takut pada Peet and Co.? Takut ketahuan? Samma sekali bukan!!

Lalu? Si burung tersangka tidak langsung memakan mangsanya karena alasan lain. Atraksinya itu dia gunakan juga untuk menarik betina atau lawan jenisnya. Makanya ketika detektif dan komplotannya memergoki keributan si burung tidak lagi sendiri melainkan dengan betina. Dan saat itulah dia baru mulai memakan mangsanya, bersama si betina. Jadi tangkpan itu untuk memenuhi kebutuhan biologisnya baik untuk makanan maupun tuntutan biologis yang lainnya.

Detektif Peet, hebat!!
Sudah mampu mengurai jawaban pertanyaan utama. Pantas sekali anak-anak sellau merindukanmu meski pagi setengah siang dah ketemu sore juga masih mau ketemu lagi.

Leave a comment