“Belum di tempel ya, Pak?”

tol-otomatis1

Senja itu kami masuk ke antrian gardu TOL GTO. Seperti biasa ayahnya anak-anak bercanda ‘makanya pakai e-toll kaya kita’ sembari melihat antrian di gardu konvensional. Lalu di sambut tawa aku dan anak-anak. Candaan ini seperti rutinitas bagi kami sekeluarga, tapi tetap saja ketika ayah mengeluarkan candaan itu kami selalu tertawa.

Kali ini aku agak curiga, kenapa mobil di depan kami tak kunjung bergerak maju setelah sekian puluh detik. Kecurigaan terjawab beberapa puluh detik kemudian. Salah satu mobil di depan sana ada yang membelokkan mobilnya ke antrian gardu konvensional. Diikuti satu mobil lagi jarak beberapa mobil di belakangnya. Aku langsung minta ayah juga ikut belok. Dan langsung beberapa yang lain mengikuti berbelok. Akhirnya malah petugas jasamarga pun mengarahkan dan membantu mobil-mobil yang antri di GTO ke gardu konvensional.

Kami, tak lama kemudian, telah berposisi rapi di gardu konvensional. Sekali lagi dengan nada meledek diri sendiri ayah mengucapkan, “makanya pakai GTO”, dan disambut ledakan tawa aku dan anak-anak. Sulung ku yang kelas VI SD menimpali, “Makanya ayah jangan sombong” kami semua tersenyum. Dan selanjutnya kami makin dekat ke gardu pembayaran.

Kejadian seru bukan hanya itu ada yang lebih seru lagi. Kami tiba di depan petugas. Suamiku langsung menyerahkan e-toll card. Tapi petugas malah bertanya, “Dari mana ini tadi, Pak? Kok tidak terbaca ya Pak”. “Dari Cikarang utama”. Pertanyaan selanjutnya lebih mengagetkan lagi. “Tadi belum ditempel ya, Pak?” Suami: “Ha, di tempellah.” Aku nyeletuk, “Kalau gak  ditempelkan gak bisa mbuka plangnya!” Suamiku nyambungin celotehanku ke petugas yang berjaga. Reaksi petugas itu lebih mengejutkan kami. “Oh, gitu ya Pak, saya kan tidak mengerti, Pak.” Gubrak!! Oh, My God!  Untungnya dia baik, tidak mempersulit, dan langsung saja menyebutkan nominal yang harus kami bayar dengan cash.

Proses yang sebenarnya singkat itu tapi rupanya ketika diceritakan jadi panjang begini ya. Seusai membayar kami masih riuh dengan candaan seputar layanan tol. “Ma, trus tadi kita lewat mana ya kalo ayah gak nempelin kartunya!”. “Ya, berarti terbang, Mas.” Jawabku sekenanya yang disambut tawa semuanya. “Tapi petugasnya itu tadi gak ngerti loh, Ma, kalu kartunya gak ditempel plangnya gak bisa ngebuka, aneh!” Dan bla bla bla. Berulang-ulang di sela-sela brolan kami di perjalanan anakku sambil ketawa-ketawa meniru  kalimat petugas Tol tadi, “Belum ditempel ya, Pak?” lama kemudian kami sampai di tujuan.

Kami kembali sampai di rumah sesaat setelah adzan Maghrib berkumandang. Anehnya anakku yang sulung, bahkan, setelah sholat isya pun masih berujar, “Kenapa ya Ma aku masih keringat terus kata-kata petugas tadi ‘Belum ditempel ya, Pak’ aneh soalnya Ma”. Karena anakku yang tak henti-hentinya membahas ‘kasus’ ini lah yang mendorong atau tepatnya membuat aku gatal menulis cerita ringan lucu yang tapi sebenarnya aneh kok bisa terjadi.

Saya coba merunut kejadian tadi berdasar kejadian demi kejadian. Agar memudahkan/menyimpulkan curhatan ini maka aku akan membahas 2 hal terkait kejadian ini. Pertama, mengapa e-toll card kami tidak terbaca? Saya awali dari cerita di Cikarang Utama. Ketika di Cikarang utama ada petugas yang berjaga di mesin untuk membantu pengguna jalan tol mengambil kartu tol. Namun karena kami memakai e-toll maka dibantulah kami menempelkan kartu ke mesin. Jadi, memang yang melakukan penempelan bukan suamiku sendiri melainkan si petugas. Di awal tempelan tidak langsung terbuka plangnya. Sepertinya tangan kirinya menekan tombol lain sehingga plang terbuka.

Maka sebenarnya ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan e-toll card kami tidak terbaca. Saya tidak begitu memahami cara kerja mesin di gardu toll sehingga dugaan saya sangatlah awam. Mungkin rekan-rekan yang memahami bisa memberikan pencerahan di kolom komentar.

1. Ada masalah di gardu toll di Cikarang Utama sehingga kartu kami tidak terbaca.

2. Petugas di Cikarang Utama yang bertugas di gardu pengambilan kartu (biasanya gardu ini tidak dijaga karena bukan tempat membayar hanya ambil kartu atau tempel e-toll card) mengambil jalan pintas demi kelancaran jalan tol, yaitu dengan membuka plang gardu toll meski kartu belum terbaca mengingat pengguna jalan tol sore itu ramai sekali.

3. Di gerbang tol tujuan kami juga ada gangguan di mesin pembaca e-toll card nya, pengguna di antrian paling depan mengalami gangguan saat menggunakannya. Sayangnya saya tidak tahu apakah tidak terbaca e-toll card nya artinya memang sedang terjadi gangguan di jaringan e-toll atau apakah karen saldonya tidak mencukupi. Jika memang gangguan jaringan e-toll maka wajarlah kartu kami pun tidak terbaca.

Kedua, saya membicarakan tentang petugas toll di tujuan kami yang tidak memahami prosedur standar kerja gardu toll. Petugas toll tidak tahu cara kerja e-toll card!! Bagaimana hal itu bisa terjadi? Siapa yang seharusnya bertanggungjawab atas kejadian ini?

HRD tentunya yang memiliki keterkaitan terbesar dengan hal ini. HRD yang bertanggungjawab dengan rekruitmen dan setelah merekrut mereka bertanggungjawab dengan pendidikan dan perlihan serta pengembangan SDM. Pemerintah memandang SDM adalah unsur pembangunan yang sangat penting. Pemerintah mewajibkan peningkatan kualitas, harkat, dan martabat SDM yang dipekerjakan dan keluarganya. Dari segi hukum karyawan jasa marga di gardu tol tadi mungkin belum mendapat pelatihan yang memadai padahal pemerintah mewajibkan. Pelatihan kerja menurut undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal I ayat 9 adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan pekerjaan.

Yang lebih sesuai lagi dengan kasus yang saya alami tadi adalah pendapat Mariot Tua Efendi H. Menurut Menurut Mariot Tua Efendi H latihan dan pengembangan dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai. ( Mariot Tua Efendi H, Manajemen Sumber Daya Manusa:pengadaan, pengembangan, pengkompensasian, dan peningkatan produktivitas pegawai, (Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia, 2005))

Seandainya pun pelatihan telah diselenggarakan maka kemungkinan pelatihan yang diselenggarakan belum mencapai manfaat pelatihan sebagaimana yang dikemukakan E. Mulyasa. Pertama, manfaat umum ada 6 salah satunya adalah

  • Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

Kedua, manfaat bagi perusahaan. Ada 5 manfaat pelatihan bagi perusahaan, salah satunya adalah

  • Memperbaiki pengetahuan dan keterampilan pada semua tingkat perusahaan

Manfaat bagi individu ada 5, dan sepertinya tiga poin masih belum tercapai oleh karyawan tadi dalam kasus yang saya hadapi.

  • Melalui pelatihan dan pengembangan, perubahan motivasi dari pengakuan, prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab, dan kemajuan diinternalisasikan dan dilaksanakan.
  • Membantu dalam mendorong dan mencapai pengembangan dan kepercayaan diri.
  • memperbaiki pengetahuan kepemimpinan, keterampilan berkomunikasi dan sikap.

( E Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) )

Di akhir obrolan dengan si sulung, sesaat sebelum aku menulis cerita ini anakku bilang, “Kok bisa ya Ma petugas itu tidak tahu cara kerja kartu e-toll.” Ku jawab sekenanya dengan harapan  curious nya terjawab, ” Mama juga tahunya baru-baru ini setelah beli dan menggunakannya,”Dia cepat menjawab lagi,”Mama bukan petugas toll.”

Ok young boy, begini deh, “Ya Mas, memang betul keherananmu dan kepenasaranmu dan memang ada penjelasannya. Mama tidak tahu sebelum punya, itu wajar karena Mama bukan petugas tol. Dan petugas itu tidak tahu cara kerja e-toll card adalah hal aneh karena itu memang hal yang paling dasar. Kasihan juga ya dia bekerja di perusahaan itu tapi tidak punya pengetahuan yang lebih tentang pekerjaannya”.

Saya menulis ini berharap suatu hari nanti jagoan kecilku jika sudah dewasa bisa menemukan tulisan ini dan lebih memahami kejadiannya. Mengingat saya, dan mengingat kenangannya bersama keluarganya; Ayah, Mama, dan Adek.

Bekasi, 23 Oktober  2016

Hari 1 kenaikan tarif Tol Jakarta-Cikampek.

Leave a comment